
Jakarta, aspirasipublik.com – Pada 21 Februari 2020. Memperingati Hari Pers Nasional, Perum PFN menyelenggarakan silaturahmi dengan insan pers dan dan media massa, di kompleks Studio dan Kantor Pusat Perum PFN, Jl. Otto Iskandar Dinata No. 125 -127, Jakarta Timur

Memasuki 75 tahun perjalanan sejarahnya, keberadaan Perum PFN tidak terlepas dari kemitraan dengan pers dan media. Baik pada awal kemerdekaan, pada masa kejayaannya, pada periode keterpurukannya, dan sekarang ini peran pers dalam mengkawal berbagai kebijakan dan inisiatif Perum PFM untuk bangkit, dan kembali jaya.
Studio PFN Turutmembangun Manusiaindonesia Melalui Film, Seni Dan Budaya
Membuka kompleks perkantoran Perum PFN kepada publik di luar kalangan perfilman, bukan saja merupakan suatu kebijakan guna menimbulkan kesadaran akan pentingnya peran negara dalam pengadaan film yang bermutu dan benilai pendidikan, serta berpijak pada kebudayaan nasional. Inisiatif mengijinkan pagelaran the last IDEAL PARADISE oleh seniman temama Claudia Bosse di beberapa studio dan area kompleks PFN, juga membuktikan komitmen Perum PFN dalam perannya membangun manusia Indonesia seutuhnya, dalam bal ini melalui seni dan budaya. the last IDEAL PARADISE adalah sebuah instalasi dan karya spesifik-lokasi yang diselenggarakan Goethe-Institut Indonesien.
“Film adalah suatu bentuk kesenian, dan kesenian merupakan bagian dari budaya. Manusia yang utuh, idealnya mempunyai keterminatan pada budaya secara utuh pula. Tidak saja mengapresiasi film, tetapi juga melengkapi diri dengan keterminatan pada bentuk seni lainnya, khususnya yang berinteraksi langsung antar-manusia, semisal teater dan pertunjukan hidup lainnya.” demikian penjelasan Direktur Utama Judith J. Dipodiputro tentang alasan mendukung pagelaran yang merupakan hasil keijasama seniman dari 4 negara, di mana di Indonesia dilaksanakan di Kompleks Perum PFN ini.
“Harapan kami, diawali kerjasama dengan Goethe-Institut Indonesien ini, semakin banyak seniman dan budayawan yang menyadari bahwa Studio produksi film juga bisa bertransformasi menjadi panggung pertunjukkan yang baik, terutama dalam kelangkaan
Gedung-pertunjukan di negara kita ” Imbuh Rita M. Darwis, Kepala Produksi Multiple Platforms.
Studio PFN Turut Membangun Ekonomi Dengan Inkubator Start-Up
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sesungguhnya juga mencakup keadilan dalam akses pada hiburan yang mencerahkan, mendidik dan berkualitas. Keterbatasan jumlah layar di seluruh Indonesia, dengan harga tiket menonton film yang relatif tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat, mendorong Perum PFN mencari solusi yang sekaligus bisa menjadi peluang bagi kaum millennial.
Perum PFN telah mengubah Studio 3 menjadi inkubator start-ups bidang film, sebagai tempat belajar sekaligus praktek mengelola Bioskop Rakyat.
Saat ini di Indonesia baru ada 2000-an layar, sementara kebutuhan keseluruhannya hampir 10.000 layar di 521 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Minat nonton film Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Ini waktunya bagi anak muda Indonesia untuk dapat berkreasi dan berkarya dalam dunia industri perfiiman.
“Belajar dari sukses pelaksanaan percobaan Bioskop Rakyat di Gedung Jasindo, Kota Tua yang dibuka selama berlangsungnya Festival Perempuan dalam Film, Seni dan Budaya pada Desember 2019 lalu, kami melihat bahwa konsep Bioskop Rakyat bisa dilanjutkan di tempat lain. Salah satunya adalah di studio PFN. Fasilitas yang ada di PFN memungkinkan bioskop rakyat ini berkesinambungan. Kami berharap program ini bisa menjadi inkubator lahirnya Bioskop Rakyat di tempat lain, yang dikelola oleh para pecinta film atau komunitas film “ tambah Erwin Amada.
Inisiatif mendekatkan Kompleks Studio dan Kantor Pusat Perum PFN kepada masyarakat, juga terkait dengan rencana kerjasama antara PT WIKA Realty dengan Perum PFN di atas lahan seluas 2 hektar milik PFN ini di mana akan dibangun sebuah kompleks dengan 4 Studio Produksi Film dan Creative Hub yang rencananya siap pada 2023.
Silaturahmi dengan insan pers ini ditujukan untuk mempererat hubungan sekaligus mendapatkan masukan tentang ekspektasi masyarakat atas produksi film Perum PFN.
Acara ini dihadiri ratusan peserta baik dari insan pers maupun masyarakat yang ingin melihat langsung bioskop rakyat ini. (James Sinaga)