
Jakarta, aspirasipublik.com – Momentum diskusi Ambassador’s Talk bersama Duta Besar Republik Turki, Prof. Talip Küçükcan, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Senin 7 Juli 2025 menjadi titik balik penting bagi Indonesia dalam merumuskan arah baru diplomasi ekonomi berbasis budaya dan riset. Terinspirasi dari dialog hangat tersebut, Lembaga Kajian Pusat Inovasi Inkubator Bisnis dan Usaha (LKPI-IBU) mengusulkan perlunya internasionalisasi produk ekonomi kreatif Indonesia, khususnya sektor kuliner nusantara, melalui skema riset bermartabat dan pengembangan teaching factory inkubator di tingkat desa.
Gagasan ini ditegaskan oleh Dr. Zalzulifa, M.Pd, Rektor Universitas Pramita Indonesia sekaligus Ketua LKPI-IBU Fakultas Pariwisata dan Industri Kreatif Universitas Muhammadiyah Tangerang, saat memberikan kuliah matrikulasi bagi mahasiswa Program Magister Ilmu Pemerintahan (MIP), yang mayoritas merupakan aparatur sipil negara dari Kabupaten dan Kota Tangerang. Dalam paparannya, Sabtu 12 Juli 2025 di ruang belajar berkonsep kebun wisata alam khas nusantara, ia menekankan bahwa riset tidak boleh berhenti di meja akademik, melainkan harus menjelma menjadi sistem kerja yang berdampak langsung bagi masyarakat. Konsep Indoresto pun diangkat sebagai prototipe teaching factory kuliner berbasis riset yang menyatukan pendidikan tinggi dengan praktik ekonomi kreatif desa.
Melalui pendekatan ini, setiap mahasiswa didorong menjadi brand ambassador desa kelahirannya, dengan tugas strategis membangun citra dan memperkenalkan potensi wisata serta produk unggulan lokal, termasuk kuliner, ke pasar nasional bahkan global. “Jika riset hanya berhenti di publikasi jurnal, maka ia kehilangan misi sosialnya. Kami ingin riset menjadi energi kedaulatan budaya dan ekonomi bangsa,” tegas rektor Pramita Dr. Zalzulifa, M.Pd; dosen homebase Program Studi Fotografi Politeknik Negeri Media Kreatif.
Langkah ini mendapat dukungan dari berbagai unsur kampus, termasuk Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Dr. Aziz Gunawan, M.M; Ketua Kelompok Belajar, Dr. Rujiman, M.IP; dan Direktur P3M, Dr. Syamsul Bahri, MM, yang bersama-sama menyepakati Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang sebagai lokasi uji model integrasi riset, pengabdian, dan teaching factory inkubator desa pertama.
Didampingi Ketua Senat Akademik, Dr. Halim Dermawan, M.H dan Ketua Pembina Yayasan Citra Pramita Tangerang, Ihwan Soebadio, forum tersebut menandai dimulainya penyusunan peta jalan penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis ekonomi kreatif dan diplomasi kuliner.
Keterlibatan langsung aparatur pemerintah dalam program MIP turut menjadikan universitas sebagai motor inovasi kebijakan dan reformasi pelayanan publik. Di bawah koordinasi akademik Dr. Slamet Setiawan, M.IP., program ini diharapkan dapat menjembatani riset yang bermartabat dengan peluang jejaring internasional, termasuk peluang kerja sama antarnegara melalui kanal budaya dan industri halal.
Konsep teaching factory kuliner berbasis desa, seperti yang diinisiasi melalui Indoresto dan LKPI-IBU, bukan hanya solusi pendidikan terapan, melainkan juga model diplomasi ekonomi kreatif yang bisa diadopsi sebagai kebijakan nasional maupun internasional. Langkah awal sudah dimulai. Kini saatnya memperluas meja makan nusantara ke panggung dunia, lewat riset, inovasi, dan kolaborasi global picu hadirnya Indonesia town di berbagai negara sebagaimana harapan Ihwan Soebadio. (JSR Watimena & Hendra Kusumawati)