
Jakarta, aspirasipublik.com – Selasa, tanggal 24 Mei 2022, bertempat di Gedung Pasca sarjana lantai tiga Kampus IPDN Cilandak Jakarta Selatan Dr. S. Aminuddin, SE, MM. M.Pd., Direktur Eksekutif Presidential Institut Raih Gelar Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN ke 171 dengan Predikat Sangat memuaskan dengan judul Disertasi ”Komparasi Gaya Komunikasi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Joko Widodo dalam Mewujudkan Stabilitas Pemerintahan”, Ujian Promosi Doktor yang dilakukan selama 3 jam dari pukul 09 .00 sampai pukul 12.00, yang pelaksanaan sidangnya dipimpin oleh

Bapak Dr. Ismail Nurdin., M.Si., Wakil Rektor IPDN Bidang Kewahasiswaan didampingi Direktur Pasca Sarjana Prof. Dr. H. Wirman Syafri, M.Si. Mewakili atas nama Rektor IPDN Dr. Hadi Prabowo, MM., dengan Tetap melakukan protokol kesehatan, Promotor dan Penguji hadir langsung semuanya Tim Promotor yang terdiri atas :1. Prof. Dr. Djohermansyah Djohan, M.A., 2. Prof. Dr. Erliana Hasan, M.Si., 3. Dr. Irwan Tahir, AP., M.Si.

Tim Penguji/Penelaah yang terdiri atas:1. Dr. Hadi Prabowo, MM. (Rektor IPDN)., 2. Prof. Dr. H. Wirman Syafri, M.Si., (Direktur Pasca Sarjana IPDN)., 3. Prof. Dr. Muh. Ilham, M.Si., 4. Prof. Dr. Tjahya Supriatna, SU., 5. Prof. Dr. Mohammad Mulyadi, AP., M.Si., (Penguji eksternal)., 6. Dr. Mansyur Achmad, M.Si., (Kaprodi Pasca sarjana) 7. Dr. Ika Sartika, MT., 8. Dr. Megandaru W. Kawuryan, S.I.P., M.Si.
Dr. S. Aminuddin, SE., MM., M.Pd., dilahirkan di Pekalongan, pada tanggal 27 Juli 1971, dari pasangan Bapak Wachari (Alm) dan Hj. Sulanah. Pernikahannya dengan Febry Melisiawati, S.Pd., telah dikaruniai 3 orang putra, yaitu: Muhammad Bintang Syafiq Kumaila, Muhammad Rausan Atar, dan Fariza Shafa Aufalia.
Riwayat Pendidikan Dr .S. Aminuddin SE ,MM.M.Pd., menempuh SD Negeri di Pekalongan lulus tahun 1984; SMP Negeri di Pekalongan lulus tahun 1987; SMAN Negeri di Pekalongan lulus tahun 1990; Universitas Azahra Jakarta lulus tahun 2002, Magister Manajemen lulus tahun 2011 dan Magister Pendidikan lulus tahun 2015. Program Doktoral Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Riwayat Pekerjaan : Ketua Harian di YMRC (1994 – 2002), Dosen Universitas Bung Karno (2013 – Sekarang), Direktur Utama CV. Karya Srikandi (2010 – Sekarang), Sekretaris Eksekutif Institut Kepemimpinan Soekarno (2015 – sekarang), Direktur Eksekutif Presidential Institut (2021 – Sekarang),
Pengalam Organisasi: YISC Al-Azhar (1992 – 1998), BKPRMI (Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (1992 – 2000), Sekjen Parliament Watch Indonesia (2000 – 2005), Sekjen Gentari (Generasi Cinta Negeri) (1998 – Sekarang), Ketua Majelis Mubalig Muda Indonesia (2020 – Sekarang)

Disertasi Dr .S. Aminuddin SE ,MM.M.Pd., yang berjudul: ”Komparasi Gaya Komunikasi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Joko Widodo dalam Mewujudkan Stabilitas Pemerintahan”, secara faktual terinspirasi oleh praktik politik pasca amandemen UUD 1945 tahun 1999-2002 yang telah mengubah sendi-sendi dasar kewenangan, tanggungjawab, hak dan stabilitas organ-organ pemerintahan dalam sistem pemerintahan presidensil. Selain mengubah model dan tatanan pemerintahan, hasil amandemen UUD 1945 tahun 1999-2002 itu juga berimplikasi terhadap gaya komunikasi Politik Presiden, khususnya dua Presiden RI yang terakhir, yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo dalam Mewujudkan Stabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan. Isu inilah yang menjadi fokus penelitian dari
menggunakan metode penelitian kualitatif tipe studi- studi kasus komparatif dengan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan sejumlah informan serta studi dokumen. Penelitian ini juga menggunakan analisis isi (content analysis) untuk membandingkan gaya komunikasi retorika kedua presiden.
Dr. S. Aminuddin, SE., MM., M.Pd., telah berhasil memperoleh temuan penelitian bahwa Presiden Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo telah melaksanakan komunikasi politik presiden (komunikasi presidensil) secara baik dengan aktor-aktor utama sistem presidensil, khususnya DPR, DPD, MK, MA, KPU, TNI, POLRI dan Publik yang diwakili Pers.
Dari keberhasilan mengelola komunikasi politik presiden (komunikasi presidensil) baik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2009-2014) maupun Presiden Joko Widodo (2014-2019) telah berhasil memelihara stabilitas pemerintahan di mana keduanya tidak pernah mengalami gridlock, policy deadlock, apalagi sampai menjatuhkan jabatan Presiden.Namun terdapat penekanan yang berbeda. Untuk memelihara stabilitas pemerintahannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih bertumpu membangun komunikasi yang kuat pada internal pemerintahannya, sedangkan Presiden Jokowi cenderung membangun stabilitas politik melalui komunikasi hubungan eksekutif dan legislative. Dari segi rhetorika juga terdapat perbedaan. Dalam melaksanakan komunikasi rhetorika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memadukan retorika deliberatif dan retorika forensik. Sedangkan retorika Presiden Joko Widodo (2014-2019) lebih dominan deliberatif.

Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat bagi upaya pelaksanaan komunikasi presidensial dimana hal itu sangat diperlukan dalam sistem pemerintahan yang menganut sistem presidensial. Pelaksanaan komunikasi presidensial yang baik adalah amat esensial untuk menciptkan stabilitas pemerintahan yang notabene akan melancarkan pelaksanaan pembangunan nasional demi kesejahteraan rakyat.
Nasehat Akademik yang disampaikan oleh Prof. Dr. Djohermansyah Djohan, M.A. (Ketua Promotor).,kepada Dr .S. Aminuddin SE ,MM.M.Pd., Dengan gelar Doktor yang didapat pada hari ini kami berharap Saudara dapat mengamalkan segala ilmu yang dipelajari selama mengikuti program studi serta menerapkan implikasi praktis dan konsep baru yang Saudara susun dalam disertasi untuk kebaikan sesama dan kesejahteraan masyarakat yang seluas-luasnya. Lebih dari itu, Kembangkanlah pendekatan disiplin Ilmu Pemerintahan yang Saudara dapatkan selama mengikuti Program Studi Doktor Ilmu Pemerintahan untuk mampu menjadi tokoh intelektual yang tangguh (pantang menyerah), tanggon (tanggap, sensitif, peka) dan trengginas (lincah, cerdas, cekatan dan trampil) serta Jauhkanlah rasa bangga yang berlebihan, namun sebaliknya gunakanlah prinsif padi, semakin berisi semakin merunduk. Jadilah insan profesional yang selalu bertaqwa dan selalu bermanfaat bagi orang lain. (Oberlian Sinaga & JSR Watimena)