
Oleh: Dr. Zalzulifa, M.Pd; Rektor Universitas Pramita Indonesia
Rabu, 9 April 2025, berlangsung momentum silaturrahim yang hangat antara Komandan Korem (Danrem) Brigjen TNI Zulhadrie, S. Mara., M.Han., dan Ketua Pembina Yayasan Citra Pramita Tangerang, Ichwan Soebadio. Pertemuan ini penuh keakraban dan diselingi gurau canda yang mencairkan suasana.
Menyadari Danrem Wijayakrama berasal dari Pariaman, dalam perbincangan ringan namun penuh makna, Ichwan Soebadio sempat berseloroh bahwa Universitas Pramita Indonesia kini semakin mengukuhkan citranya sebagai kampus tempat berkumpulnya para diaspora Minang di Banten. Hal ini menunjukkan bagaimana keberagaman dan kekuatan jaringan sosial turut memperkuat peran kampus di tengah masyarakat. Lebih lanjut, komunikasi strategis kampus pun semakin digiatkan oleh Ibu Immelia selaku Humas Universitas Pramita Indonesia yang sedang merancang audiensi dengan Gubernur Banten dalam waktu dekat, sebagai bagian dari upaya memperluas jejaring dan kontribusi kampus dalam pembangunan daerah.
Dengan gaya santai dan pendekatan budaya sesama orang awak, Dr. Zalzulifa, M.Pd selaku rektor menjelaskan strategi ciptakan Generasi Percaya Diri melalui Gerekan Nasional Pemuda Penggerak Pembangunan Desa (Gen-PeDe) sejalan dengan konsep Kuliah Kerja Wirausaha (KUKEJAR). Rektor asal minang dari nagari Solok inpun megisahkan bahwa perjumpaan santai dengan aparat militer seakan semakin menempa bagian dari sifat dan karakter seorang bermental pandu. Untuk itu, perbincangan santai seakan hadir menjadi bukti nyata bagaimana mental juara dapat tumbuh dan berkembang dari akar rumput—dari desa, dari kaum muda, dari mereka yang memilih jalan sunyi namun berdampak besar. Berikut sekelumit jejak aktifitas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di Banten.
Mental Juara: Dari Ide ke Aksi Nyata
Mental juara bukan hanya milik atlet atau kompetitor di medan lomba. Ia adalah karakter dasar bagi siapa pun yang ingin membawa perubahan—dengan pikiran positif, kemandirian, ketekunan, keberanian mengambil risiko, serta kesanggupan belajar dari kesalahan dan mengelola stres. Ciri-ciri ini bukan sekadar teori, namun telah menjadi napas dari Gerakan Hizbul Wathan Banten sejak dua dekade terakhir.
Inisiasi pendirian sekolah di komunitas Baduy pada tahun 2007 menjadi tonggak awal pembuktian itu. Sebuah langkah radikal namun penuh empati, menunjukkan bahwa pendidikan adalah hak semua anak bangsa. Upaya ini menjadi simbol awal bahwa HW Banten bukan hanya gerakan kepanduan biasa, tapi juga pionir pembangunan karakter dan peradaban.
SMK Grafika Banten: Dari Swadaya Menuju Sekolah Pusat Keunggulan
Didirikan tahun 2000 di bawah naungan Yayasan Grafika Banten, SMK ini tumbuh secara mandiri tanpa bergantung pada APBN/APBD. Mental juara para pendirinya kini membuahkan hasil luar biasa—SMK Grafika diakui sebagai Sekolah Pusat Keunggulan (2024), menjadi role model dalam pembangunan pendidikan vokasional berbasis industri kreatif. Ini adalah bukti bahwa dengan ketekunan, inovasi, dan jiwa kepemimpinan, lembaga swasta sekalipun mampu menjadi mercusuar kemajuan daerah. Sejatinya sekolah ini lahir dari diskusi ngeriung santai ala pandu di teras masjid Al-Mujaddid Pondok Rejeki hanya bermodalkan semangat dan komitmen bersama Pendidikan yang awalnya berjalan tertarih-tatih numpang di Gedung Yayasan Darul Amal Galeong saat ini memiliki lahan bakal bangunan seluas 6000 meter di Desa Jambe.
Hotel Premiere Kartika, Hayam Wuruk, Jakarta
Anugerah Akademisi Penggerak Usaha Kreatif Percetakan dari CEO PrintPack Magazine, Dr. Zalzulifa, M.Pd ke 2 dari kiri.mewakili Yayasan Grafika Banten.
Kiprah panjang Yayasan Grafika Banten yang telah berdiri sejak tahun 2003 kembali mendapatkan pengakuan di tingkat nasional. Pada Selasa malam (15/4), di Hotel Santika Premiere, Hayam Wuruk, Jakarta, Yayasan ini resmi menerima Anugerah Akademisi Penggerak Usaha Kreatif Percetakan dari CEO PrintPack Magazine, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi berkelanjutan dalam pengembangan industri grafika dan percetakan di Indonesia.
B’Scout: Mengangkat Lokalitas, Membangun Kemandirian
Bentuk lain dari kerja mental juara diwujudkan dalam program pembinaan UMKM, khususnya para pengrajin kulit di Desa Kutabaru. Melalui brand B’Scout (Banten Scout atau Pandu Banten), HW Banten tidak hanya melatih keterampilan produksi sandal, tas, dan sepatu, tapi juga mengajarkan strategi branding, pemasaran digital, dan kerja sama kolektif. Brand B’Scout yang pada tahun 2014 saat kunjungan belajar di Amerika dan Inggris sempat dipajang di gallery George Bowden Powel oleh sang inisiator Zalzulifa bukan hanya sekedar produk ekonomi, tapi simbol keberanian generasi muda desa untuk tampil percaya diri, bangga akan karya lokal, dan berani bersaing di pasar nasional. Hal sama brand merek PAIYO diciptakan sebagai ujud kader pandu dengan filosofi tanah kelahiran Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung upaya hidupkan ranting dengan pesantren Agronya di atas lahan wakaf 5 ha Bukit Kacang Tenggih Nagari Paninjawan Solok Sumatera Barat.
Kafe Pandu, Gen-PeDe & KUKEJAR: Cetak Kader Percaya Diri untuk Desa Bangkit
Tahun 2024 menjadi momentum penting ketika Kafe Pandu resmi diluncurkan. Bukan sekadar kafe biasa, tetapi wadah pelatihan kewirausahaan bagi anggota Hizbul Wathan. Model bisnisnya dirancang menjadi waralaba “Hidupkan Ranting, Majukan Persyarikatan”, sebuah gagasan revolusioner yang berangkat dari akar komunitas, namun siap berkembang ke seluruh Indonesia. Ini sejalan dengan pesan dan semangat para pimpinan persyarikatan bahwa Muhammadiyah harus berpihak dan membela rakyat kecil melalui ekosistem yang inklusif dan independen.
Pendirian PT. Pandu Citra Kreasi Bersama Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pinang Kota Tangerang dibawah pimpinan Dr. Erik Syehabuddin adalah Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) payung aspek legalitas usaha MENARA IBU (Podcast, Radio, TV, Majalah, Tabloid, Surat Kabar) sejenis usaha media online dan bisnis digital platform IBUPANDU www.ibupandu.com hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Perdana di Kafe Pandu Pondok Rejeki.
Program Gen-PeDe (Generasi Percaya Diri) dan KUKEJAR (Kuliah Kerja Wirausaha) adalah buah pikiran dari Dr. Zalzulifa, M.Pd., Rektor Universitas Pramita Indonesia sekaligus kader HW sejati. Ia mengimplementasikan konsep pengabdian masyarakat berbasis kemandirian ekonomi melalui mahasiswa. Tak lagi sekadar KKN klasik, melainkan kombinasi antara wirausaha, pendampingan UMKM, serta transformasi digital desa. Program ini menjadi bagian integral dari visi besar Muhammadiyah untuk menjadikan desa sebagai poros kemajuan bangsa.
Sebagai kader yang istilah Dr. Achmad Amarullah, M.Pd diwakafkan oleh Universitas Muhammadiyah Tangerang, Dr. Zalzulifa M.Pd telah membuktikan mental juaranya: meninggalkan zona nyaman sebagai Dekan Fakultas Pariwisata dan Industri Kreatif untuk mengabdi lebih luas sebagai pemimpin kampus yang digerakkan melalui ideologi kepanduan dan semangat Al-Maun. Semoga semangat keikhlasan dengan diksi kader Jalakung
Menguatkan Persatuan Bangsa: Sinergi Organisasi Kepanduan dan Dunia Pendidikan dalam Bingkai Pancasila dan UUD 1945
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, cita-cita luhur untuk membentuk masyarakat yang adil dan makmur telah tergurat jelas dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Di dalamnya, para pendiri bangsa menegaskan tujuan nasional kita, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Cita-cita besar ini tidak dapat dicapai oleh satu pihak saja, melainkan memerlukan kerja sama semua elemen bangsa. Oleh karena itu, seluruh organisasi kepanduan, gerakan keagamaan seperti Muhammadiyah, serta institusi pendidikan dan universitas di Indonesia diarahkan kepada satu titik temu: memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Pancasila dan UUD 1945. Organisasi kepanduan, seperti Pramuka, sejak awal memang dibentuk untuk menanamkan nilai-nilai cinta tanah air, gotong royong, dan kedisiplinan pada generasi muda. Gerakan ini menjadi wadah strategis dalam membina karakter bangsa yang tangguh, toleran, dan bersatu.
Sementara itu, Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran besar dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial. Semangat dakwah pencerahan yang diusung Muhammadiyah sejalan dengan upaya menciptakan masyarakat yang berkemajuan dan berperadaban, tanpa meninggalkan akar kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila. Tak kalah penting, dunia pendidikan—termasuk perguruan tinggi—menjadi tulang punggung dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Di sinilah generasi penerus dibekali tidak hanya ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan semangat gotong royong.
Ketiga elemen ini—kepanduan, Muhammadiyah, dan dunia pendidikan—bukanlah entitas yang berdiri sendiri, tetapi simpul-simpul kekuatan yang diarahkan untuk menjaga dan merawat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka adalah bagian dari gerakan nasional dalam membumikan semangat persatuan yang tidak memandang suku, agama, ras, maupun golongan. Dalam situasi zaman yang terus berubah, dengan tantangan globalisasi dan arus informasi yang begitu cepat, arah bersama menuju persatuan bangsa menjadi semakin penting. Maka, menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai fondasi yang kokoh dalam setiap langkah pendidikan, pembinaan generasi muda, dan gerakan sosial keagamaan adalah keniscayaan. Kita meyakini bahwa selama nilai-nilai luhur dalam Pembukaan UUD 1945 terus dijaga dan diimplementasikan oleh seluruh komponen bangsa, maka Indonesia akan tetap teguh sebagai negara yang berdaulat, adil, makmur, dan bersatu.
Penutup: Tanah Jawara, Ladang Juara
Tanah Banten, yang dikenal sebagai Tanah Jawara, kini menjadi ladang subur bagi lahirnya para juara sejati—bukan yang menonjolkan otot, tapi yang menyinari hati dan akal dengan kerja nyata, dedikasi, dan cita-cita besar untuk kemajuan umat dan bangsa. Hizbul Wathan Banten tidak hanya mendidik pandu, tetapi membina manusia seutuhnya—pemimpin masa depan yang bermental juara dan berjiwa melayani. Inilah kontribusi nyata dari Tanah Jawara untuk Indonesia Hebat (Red).