
Mataram, aspirasipublik.com – Indonesia merupakan negara tropis dengan faktor risiko penyakit tular vektor. Penguatan dalam pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit merupakan aspek penting dalam mempertahankan kondisi lingkungan yang sehat dan nyaman.Dalam pelaksanaannya diperlukan tenaga yang memiliki keahlian dan kompetensi entomologi kesehatan sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.50 Tahun 2017 (Pasal 13 Ayat 1), dimana keahlian tersebut diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan sesuai ketentuan perundang-undangan (Pasal 13 Ayat 2). persyaratan untuk memperoleh izin penyelenggaraan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah memiliki tenaga entomologi atau tenaga kesehatan yang terlatih bidang entomologi (Permenkes No. 26 Tahun 2018 Pasal 45 poin b).
Matsalul Kamil,SKM,M.Sc. Entomolog Kesehatan Ahli Pertama wilayah kerja kantor kesehatan pelabuhan kelas II Mataram dalam wawancaranya dengan wartawan Aspirasi Publik M.Dwiky Finastika Watimena di Pelabuhan lembar Lombok Nusa Tenggara Barat, Keberadaan vektor kecoa pada Kapal Penumpang Penyeberangan Lembar-Padangbai, dan upaya pengendaliannya menggunakan insektisida dan pemeriksan Sanitasi kapal Rutin oleh kesehatan pelabuhan kelas II Mataram,bahwasannya Kecoa tergolong makhluk hidup yang cukup tua di permukaan bumi, dan mengalami perubahan bentuk lebih sedikit dalam evolusinya. Kecoa tergolong serangga primitif yang hidup sejak 200-350 juta tahun yang lalu. Kecoa tumbuh dan berkembang secara metamorfosis sederhana, kehidupan berawal dari telur, nimfa dan dewasa Persebaran kecoa di Indonesia tak lepas dari peranan pelabuhan sebagai pintu masuk arus angkutan, penumpang dan barang sekaligus berpotensi sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran penyakit yang berdampak pada kesehatan masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular baru (new emerging disease), maupun penyakit menular lama yang muncul kembali (re-emerging disease).
Keberadaan vektor seperti kecoa pada kapal laut mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit, seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit lainnya. Hal ini karena kecoa juga berperan sebagai vektor mekanik bagi mikroorganisme pathogen, sebagai inang perantara beberapa jenis cacing, dan menyebabkan penyakit kulit. Selain menimbulkan penyakit, kecoa di kapal juga dapat menimbulkan gangguan estetika bagi pengguna jasa kapal . Upaya pengendalian secara kimia dengan metode fumigasi dan disinseksi kapal, sedangkan insektisida yang dipergunakan dari golongan organofosfat dan piretroid.
Pemakaian insektisida untuk pengendalian vektor termasuk kecoa telah dilakukan pada kapal yang beroperasi di pelabuhan penyeberangan Lembar-Padangbai. Jumlah kapal yang melaksanakan fumigasi dan disinseksi selama 5 tahun berbeda-beda. Berdasarkan data dari KKP Kelas II Mataram fumigasi dan disinseksi kapal pada tahun 2011 sejumlah 8 kapal, tahun 2012 jumlah kapal, tahun 2013 sejumlah 11 kapal, tahun 2014 sejumlah 6 kapal, dan tahun 2015 sejumlah 6 kapal. Namun pada tahun 2016 sampai tahum 2017 tidak ada laporan tindakan fumigasi dan disinseksi kapal, sehingga kemungkinan terjadi peningkatan kepadatan kecoa pada kapal penumpang penyeberangan Lembar-Padangbai.
Jenis insektisida yang dipergunakan di kapal penyeberangan adalah piretroid sintetis, borax, metil bromida dan fipronil. Kecoa yang tertangkap 97 nimfa dan 44 kecoa dewasa P. americana, dan 51 kecoa dewasa Blatella germanica pada kapal-kapal yang menggunakan piretroid sintetis tetapi tidak ditemukan kecoa pada kapal yang menggunakan insektisida lainnya. Frekuensi pemakaian berhubungan signifikan dengan kepadatan kecoa (P<0,05) tetapi tidak ada hubungan lama pemakaian insektisida dengan kepadatan kecoa (P>0,05). Nilai KDT50 dan KDT99 kecoa dari kapal lebih panjang dibandingkan kecoa asal perimeter, dan KRR99=<2. Sanitasi kapal mempengaruhi kepadatan kecoa di kapal dan tidak ada pengaruh umur kapal terhadap kepadatan kecoa.
Jenis insektisida yang dipergunakan di kapal dari kelompok piretroid yang formulasinya berupa aerosol maupun berupa cair. Insektisida aerosol sangat mudah digunakan dibandingkan bentuk insektisida yang lain dan juga bekerja lebih cepat. Akan tetapi aerosol memiliki kekurangan sulitnya menentukan ukuran tepat untuk didispersikan oleh karena kerjanya sangat bergantung pada volume ruangan serta kerentanan organisme target. Insektisida lain yang digunakan di kapal penumpang adalah dari golongan anorganik seperti borax, gas metil bromida dan fipronil. Borax dapat berbentuk serbuk dan gel yang merupakan racun perut kerja lambat dan juga menyerap lilin kutikula kecoa, yang mungkin menyebabkan kematian karena dehidrasi dan cocok diaplikasi bersama dengan aerosol. Penggunaan gas metil bromida hanya dilakukan pada ruangan tertutup karena sangat berbahaya bagi manusia, sehingga penggunaan sangat terbatas untuk kegiatan kekarantinaan di kapal dan peti kemas. hasil pengamatan pada 21 kapal ferry, penggunaan sipermetrin (piretroid), metil bromida, dan fipronil, sangat efektif dalam pengendalian kecoa di kapal,Jenis kecoa ini adalah jenis P. americana dan B. germanica, yang terdiri dari stadium nimfa dan dewasa. jenis kecoa P. americana lebih banyak dibandingkan B. germanica.
Tingkat kepadatan kecoa di kapal sangat dipengaruhi oleh penggunaan beberapa jenis insektisida, dimana golongan piretroid sintetis mampu menurunkan kepadatan kecoa di kapal, sedangkan pemakaian insektisida borax, metil bromida dan fipronil dapat mengendalikan kecoa sampai kategori terendah.Pada uji Hayati kecoa asal kapal mengalami knockdown lebih lama dibandingkan dengan kecoa asal perimeter. Hal ini disebabkan karena kecoa berasal dari kapal lebih sering kontak dengan insektisida, sedangkan kecoa berasal dari perimeter jarang kontak dengan insektisida.
Kriteria insektisida dikatakan efektif apabila kelumpuhan 90% hewan uji dicapai paling lama 20 menit setelah pemaparan dan kematian 90% hewan uji dicapai paling lama 6 (enam) jam setelah pemaparan.
Sanitasi kapal berkaitan dengan kepadatan kecoa di kapal karena berhubungan erat dengan habitat kecoa di kapal. Hasil pemeriksaan kepadatan kecoa pada fasilitas kapal lebih banyak ditemukan di dapur yaitu : 1.Jenis insektisida yang dipergunakan pada kapal penumpang penyeberangan Lembar-Padangbai adalah piretroid sintetis, borax, metil bromida dan fipronil. ,2.Ada hubungan jenis insektisida yang digunakan dengan kepadatan kecoa pada kapal penumpang penyeberangan Lembar-Padangbai .,3.Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pemakaian insektisida dengan kepadatan kecoa di kapal, sedangkan lama pemakaian insektisida tidak berhubungan signifikan terhadap kepadatan kecoa di kapal penumpang penyeberangan Lembar-Padangbai..,4.Ada indikasi kecoa P. americana stadium nimfa masih rentan terhadap insektsida piretroid bila penyemprotannya lebih dari satu kali dan ada indikasi resistensi bila dilakukan satu kali penyemprotan.,5.Sanitasi kapal mempengaruhi kepadatan kecoa secara signifikan terhadap kepadatan kecoa di kapal dan umur kapal tidak mempengaruhi kepadatan kecoa, sedangkan adanya habitat kecoa di wilayah perimeter akan berpengaruh terhadap keberadaan kecoa di kapal penumpang penyeberangan Lembar-Padangbai.
Umur kapal yang beroperasi di pelabuhan penyeberangan Lembar-Padangbai rata-rata berumur cukup tua kurang dipelihara seperti plat dinding ruangan kapal yang berkarat dan berlubang akan menjadi tempat yang nyaman bagi vektor untuk bertahan hidup dalam kapal. Untuk itu perlu menjaga kebersihan kapal secara keseluruhan, terutama di bagian dapur dan gudang makanan yang selalu tersedia makanan termasuk tempat sampah tertutup harus tersedia di kapal,Dan harus dilakukan pemeriksaan secara rutin ,Ungkap Matsalul Kamil,SKM,M.Sc. Entomolog Kesehatan Ahli Pertama wilayah kerja kantor kesehatan pelabuhan kelas II Mataram. SARAN:1. Perlu dilakukan uji Hayati terhadap kecoa P. americana stadium dewasa., 2. Frekuensi penyemprotan insektisida yang digunakan (piretroid aerosol) harus lebih dari satu kali semprotan. (M Dwiky F Watimena)